Anak Minder? Ini Solusinya, Moms MUNGKIN perasaan Moms campur aduk jika memiliki anak yang kurang berani tampil di depan umum. Satu sisi Moms merasa gemas, sisi lain bisa jadi Anda kasihan karena si kecil sering sekali merasa minder dibanding teman sebayanya.
Â
Mengapa merasa minder?Â
Menurut Farah Farida Tantiani, S.Psi, M.Psi, Dosen Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang, ada beberapa karakteristik atau ciri-ciri anak yang minder, yakni pendiam, interaksi dengan lingkungan sekitar kurang, sulit mengemukakan pendapat kepada orang lain, selalu menutup diri, dan tidak suka melakukan tugas yang diberikan karena takut salah.
Â
Faktor penyebab anak minder pun beraneka ragam, antara lain:
 Faktor FisikAbnormalitasnya aktivitas anak, ada kekurangan di dalam diri anak. Anak tidak merasa sama dengan teman-temannya.
Â
Faktor Psikis
Dilihat dari sisi psikologis, anak minder cenderung kurang berinteraksi dengan teman-temannya atau dengan lingkungan sekitarnya, akibatnya anak pada waktu bertemu orang lain merasa minder ( kurang PD).
Â
Faktor LingkunganÂ
Faktor lingkungan yang menyebabkan anak minder, yaitu kurang baiknya lingkungan di sekitar rumah. Anak jadi jarang keluar rumah (sulit bergaul) karena rasa percaya dirinya kurang.
Â
Faktor Emosional Â
Anak yang emosinya tidak stabil atau sulit untuk berkonsentrasi dan berpikir logis menjadikan anak tidak mampu memotivasi dirinya untuk tetap fokus pada aktivitasnya, serta tidak mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan di mana dia berada.Â
Â
Minder termasuk sifat yang pasif, anak yang minder memiliki aktivitas motorik dan kognitif yang kurang (diam). Minder merupakan kelainan perilaku yang jelas asal usulnya, gangguan perilaku tersebut terkombinasi dengan sifat-sifat tertentu seperti diam, tidak mau bertanya apa-apa, bahkan tidak mau tampil atau terlihat di muka umum.
Menurut para ahli, minder adalah gangguan yang mempunyai ciri-ciri pasif yang monoton, biasanya mengalami kesukaran dalam berkomunikasi dan berperilaku. Umumnya, masalah minder yang dihadapi anak usia Taman Kanak-kanak berkaitan dengan gangguan pada perkembangan.
Â
Bila tidak segera diatasi gangguan itu akan berlanjut pada fase perkembangan berikutnya, yaitu fase perkembangan anak sekolah. Contohnya pada fase ini anak masih mengompol, anak pun dijauhi oleh teman-temannya sehingga pada fase berikutnya yaitu fase sekolah, anak tidak bisa menyesuaikan diri dengan temannya. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui berbagai masalah minder ini agar dapat membantu anak memecahkannya.
Â
Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri terbentuk sejak anak berusia delapan tahun, walaupun sebenarnya pada usia lebih awal sudah mulai berkembang. Namun, kepercayaan diri anak-anak di bawah usia tujuh tahun belum berdasarkan ârealitasâ, hanya lebih berdasarkan p enilaian yang diberikan orang dewasa.
Jadi kalau orang dewasa di sekitar anak misalnya mengatakan pada si anak bahwa dia kurang pintar, anak akan menganggap hal itu benar, bahwa ia tidak pintar. Hal ini akan memengaruhi rasa percaya diri si anak. Barulah setelah usia delapan tahun, anak-anak lebih mampu secara realistis menilai kemampuannya sendiri, berdasarkan masukan dari orangtua dan lingkungannya.
Â
Dia tidak langsung menerima penilaian sepihak dari orang lain tetapi juga melihat bagaimana sesungguhnya kemampuan yang dimilikinya. Misalnya jika ada orang berkomentar bahwa dia tak cerdas, padahal si anak melihat bahwa pada kenyataannya nilai ulangannya rata-rata sembilan, perkataan orang itu tak membuatnya kehilangan rasa percaya diri.
Â
Hati-hati Memberikan Komentar
Â
Tidak semua anak bisa menerima saran bahkan komentar yang diberikan, karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Maka dari itu, Moms atau o rang dewasa di sekitar anak perlu berhati-hatilah dalam memberikan komentar terhadap hasil kerja anak.
Jika hendak memberikan penilaian, berikan penilaian terhadap hasil pekerjaannya bukan terhadap anaknya. Contohnya ketika anak mendapat nilai empat dalam pelajaran matematika, berikan komentar terhadap hasil pelajaran matematikanya. Misalnya, âWah, nilai matematikanya kali ini tidak bagus. Yuk, kita bahas soal-soal mana yang buat kamu kesulitan.â Jangan memberikan komentar seperti, âDuh, bodoh sekali kamu! Matematika dapat nilai empat!â
Â
Menilai Secara Objektif
Usahakan untuk membuat anak dapat menilai dirinya secara objektif, artinya anak sadar bahwa setiap manusia punya kelebihan dan kelemahan. Ajak anak untuk mengenali kelebihan dan kelemahannya tersebut. Misalnya dengan memberikan pujian ketika dia berhasil mengerjakan suatu hal dengan baik.
(tty)
Sindikasi lifestyle.okezone.com